Bulan

Sabtu, 09 April 2011
"arghhhhhhhhhhhh.....Dion, kamu ini gimana, konsentrasi dong! Kita ini lagi latihan buat ikut lomba tiga hari lagi. Kamu juga tahu itu kan?” ,erang gadis cantik itu sambil meletakkan biola putih kesayangannya.
Gadis itu adalah Bulan sahabatku dari waktu kita masih TK, namanya secantik wajahnya yang jelita itu. Jikaku ingat dia waktu TK dulu, dia hanya seorang gadis kecil lugu dan polos, tapi tak ku sangka sahabatku itu kini barubah menjadi wanita yang sangat anggun dan menawan seindah namanya Bulan.
“doarrrrr!! Whahahahahahah, Dion kamu ini nglamunin apa sih?” ,tanya gadis itu sambil menepuk pundakku dengan kerasnya.
“Auuu!!!!!!!! Bulan sakit tahu.” ,jawabku.
“Ya sudahlah, kita latihan besok lagi aja, Oke? Jangan lupa kita harapan sekolah ini.” ,kata Bulan dengan senangnya.
“Siap Neng Bulan, Abang bakalan serius latihan kok. Biar sekolah kita ini bangga dengan band kita.” ,kata Rangga sang drummer band kami.

***

Bulan, saat kuingat namanya pasti terbesit di benakku gadis cantik itu. Bulan adalah seorang gadis yang sangat sempurna menurutku. Dia adalah seorang pemain biola yang sangat handal, selain itu dia jaga seorang pianis muda yang tak kalah hebat dengan pianis lainnya. Dia juga gadis yang sangat cerdas, ramah, dan sangat dermawan. Meski orang tuanya adalah pengusaha kaya di daerah kami, Bulan tidak pernah sombong dan angkuh. Sungguh Bulan memang gadis paling sempurna yang pernah aku temui.

Banyak temanku yang menyukainya, dan banyak pula yang berani menyatakan cinta padanya. Tapi setiap kali mereka melakukan itu, Bulan selalu menolak dengan senyum manisnya sambil berkata, “Aku ingin belajar dulu.” Bulan, sungguh kau gadis yang sangat pandai, dia selalu berkata padaku selagi masih banyak waktu ayo kita belajar, karena ilmu kita tak kan habis seperti harta walau kita bagi ke banyak orang dan otak kita tak kan penuh seperi flash disk walau kita selalu mengisinya.

Tetapi kulihat akhir-akhir ini Bulan agak berubah. Dia lebih sering menyendiri dan merenung, jika ku bertanya mengapa, pasti jawabannya hanya senyuman manisnya itu. Tak seperti dulu, walau dia banyak masalah dia pasti tidak pernah memperlihatkannya kepada kami, dia selalu ceria dengan canda tawanya. Saat aku bermain ke rumahnya pun aku sering melihat dia lebih suka memainkan piano dan biolanya dengan lagu-lagu sedih seakan dia sangat kesepian.

Tiga hari yang lalu dia sempat bertanya padaku apa kesalahan yang sering dia lakukan. Aku pun hanya bisa menjawab kalau dia sangat jarang melakukan kesalahan. Tapi entah mengapa dia kini sungguh berubah, aku yang sahabatnya pun tak tahu ada apa dengan dirinya. Ah entahlah, tapi aku harus tetap mencari alasannya mengapa dia berubah.

***

“Akhirnya giliran kita tiba juga, ayo kita berusaha dengan keras demi sekolah kita, oke teman?” ,kata Putra sang bassis saat kita akan naik panggung.
“Siap Boss!!!!!” ,jawab kami serempak.
“Bulan aku ingin lihat kamu bermain biola itu dengan senang.” ,kata Putra lagi karena melihat Bulan hari ini semakin murung.
“Iya Putra, aku akan berusaha.” ,jawabnya.
Sebuah lagu ciptaan kami sendiri kami tampilkan yang berjudul “Hujan Terindah”. Sorak sorai penonton mulai pecah saat Bulan menggesek biolanya. Dan kami pun mulai beraksi.
“Ah leganya sudah tampil, semoga kita menang, tinggal doa nih kita kan sudah berusaha.” ,kataku setelah kami turun dari panggung.
“Iya Ion, semoga kita menang ya.” ,kata Rangga
“Ayo kita istirahat dulu, cari tempat yang sejuk kek, panas banget di sini.” ,ajak Bulan pertama kalinya semenjak tadi pagi.
“Nah gitu dong, ini mah uda kayak Bulan yang dulu lagi.” ,kata Putra.
“Jangan-jangan kamu murung karena mikirin lomba ya?”
“Ah kamu bisa aja, iya juga sih, mungkin aku terlalui tegang kali ya.” ,jawabnya dengan riang. “syukurlah kalau begitu, aku kira kamu kenapa-napa.” ,kata Rangga. Ah syukurlah, batinku. Ternyata Bulan tidak apa-apa hanya terlalu memikirkan lomba ini aja.

Setelah menungga beberapa lama, dengan tak disangka-sangka ternyata band kami menang walau hanya mendapat juara ke-2. Tapi kami sangat bahagia dengan prestasi kami itu
“Wah ternyata band kita bagus juga ya.” ,puji Putra yang bangga dengan band kami.
“yoi ga kalah hebat ma band-band lain yang bagus-bagus tadi.” ,jawabku dengan sangat senang dan bangga.
“kalau begitu ayo kita rayain sama-sama.”
“aku pulang duluan ya, aku ada janji sama mama aku mau jemput di rumah nenek.” ,kata Bulan.
“Ah neng Bulan masak kamu pulang duluan sih. Kan nggak seru, abang ntar sama siapa? heheheheheh.” ,canda Rangga.
“soalnya aku sudah janji sama Mama.” ,jawab Bulan.
“ya sudah kalau kamu mau pulang, berbakti ma ortu lebih penting.” ,bela Putra.
“Makasih Putra, aku pulang dulu ya.” ,kata Bulan sambil tersenyum lebar.
“Dada Neng Bulan.” ,kata Rangga sambil melambaikan tangannya pada gadis itu.

***

“Dion, Dion!!!” ku dengar ada yang memanggil namaku, sambil berbalik aku lihat Rangga berlarian di koridor sekolah.
“ada apa Rangga?” ,tanyaku.
“Bulan Dion, Bulan. Bulan uda ga ada Dion< Bulan udah meninggal.” ,jawab Rangga dengan terbata-bata.
“Bulan? Kapan? Kenapa dia bisa meninggal? Kenapa?” ,tanyaku lagi.
“Bulan tadi malam meninggal, dia kena kanker darah, dia meninggal setelah menjemput mamanya.” ,jawab Rangga.
Hatiku langsung mencelos. Aku tak menyangka Bulan meninggal secepat ini. Padahal kemarin aku masih melihat dia bermain biola bersamaku, menang bersamaku, tertawa bersamaku. Tapi, kenapa dia meninggal secepat itu, kenapa aku tak tahu. Ternyata kemarin adalah hari terakhirnya, ku lihat dia kemarin bermain sambil menitihkan air mata. Dan saat itu pun hujan mulai turun dengan derasnya seakan ikut bersedih atas kepergian Bulan.

Bulan, kenapa kamu pergi secepat ini Bulan. Akhirnya aku tahu kenapa akhir-akhir ini kamu sering merenung, kamu bukan memekirkan lomba itu, tapi kamu memikirkan penyakitmu dan usiamu yang tak panjang. Kenapa kau tak menberi tahu aku kalau kamu sakit Bulan, kenapa? Aku sahabatmu Bulan. Aku tahu kau tak mau merepotkan dan menyusahkan orang lain Bulan, aku menghargai itu. Bulan aku akan selalu mengenangmu di hati ku. Kau lah sahabat terindah yang pernah ku miliki. Dan di sela-sela derasnya air hujan. Ku dengar lantunan suara biola Bulan dengan sangat merdu. Dan inilah hujan terindah bagiku.

The End
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut